Hak-Hak Anak
Mendapatkan
keturunan adalah tujuan terpenting dalam sebuah pernikahan. Islam sangat
memerhatikan masalah anak, sejak dari janin hingga lahir. Bahkan, Islam
memerintahkan ibu bapa untuk mempersiapkan persekitaran yang baik sebagai
tempat perkembangan anak-anak.
Allah
swt berfirman, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia”. (Al-Kahfi:
46)
Adapun
yang menjadi hak-hak anak ke atas orang tuanya bermula sejak proses pemilihan
calon ibu, memberikan nama yang baik dan menafkahinya.
Rasulullah
saw bersabda, “Seseorang sangat berdosa apabila menyia-nyiakan orang yang
memberi makan”. (Al-Bukhari)
Setelah
adanya tempat perlindungan yang bersifat material, anak memerlukan tempat
perlindungan yang bersifat mental. Malah anak-anak mempunyai hak untuk dicintai
dan disayangi.
Orang-orang
Arab gunung datang kepada Rasulullah, kemudian mereka bertanya, "Pernahkah
kamu mencium anak-anak kamu? "Ya", jawab Rasulullah saw. Kemudian,
mereka berkata, "Demi Allah, kami belum pernah mencium anak-anak
kami". Nabi pun bersabda, "Apakah kalian menginginkan jika Allah
mencabut kasih sayang hati dari kalian?" (Al-Bukhari)
Anak-anak
mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan, tempat perlindungan dan pengasuhan
yang baik. Rasulullah saw bersabda, “Muliakanlah anak-anak kalian dan
perbaikilah akhlak mereka”. (Ibnu Majah)
Anak-anak
mempunyai hak untuk diperlakukan secara adil dan mendapatkan kasih sayang yang
sama di antara mereka.
Rasulullah
saw bersabda, “Berbuat adillah kepada anak-anak kamu ketika marah seperti mana kalian
berbuat adil di antara kamu ketika baik dan sayang”. (At-Thabrani)
Mendidik
Anak-Anak dan Melayaninya Dengan Baik
Dari
Abdullah bin Amr bin Al 'Ash, Rasulullah saw bersabda, “Seseorang yang sangat
berdosa apabila menyia-nyiakan orang yang memberi makan”. (Abu Dawud, Al-Hakim
dan Ahmad)
Rumah
atau keluarga adalah tempat mendidik yang terbaik buat anak. Apabila keluarga
sedar dan bertanggungjawab dengan tugasnya, anak-anak akan menjadi baik dan berkembang
sesuai dengan tabiatnya. Akan tetapi, kebanyakan keluarga tidak menyedari
kelalaian dan kajahilan mereka.
Anak
dilahirkan sebanyak dua kali: kelahiran pertama adalah kelahiran secara fizikal
sedangkan kelahiran kedua adalah kelahiran secara persekitaran. Jika yang
pertama dikaitkan dengan unsur keturunan, kelahiran kedua berkaitan dengan persekitaran
masyarakat yang beraneka ragam.
Anak
adalah amanah kepada kedua-dua orang tuanya. Hatinya yang bersih adalah permata
yang paling berharga. Ia boleh dibentuk dengan pelbagai bentuk, sesuai dengan
keinginan pemahatnya. Jika dibentuk dengan kebaikan dan ilmu, ia akan
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun, jika ia dibentuk dengan
keburukan, ia boleh lebih jahat daripada binatang ternak. Bahkan, ia membawa kecelakaan
dan kebinasaan.
Mereka
Ingin Menghancurkan Keluarga
Berbagai-bagai
usaha dilakukan untuk menghancurkan keluarga sebagai unit terkecil dalam Islam
dan menyebarkan kerosakan dalam masyarakat.
Dowr
Kayme dan Levi Breal memiliki perkongsian yang sangat besar dalam merosakkan
generasi muda terutama wanita. Melalui ilmu sains sosial yang dipimpinnya, mereka
mulai memasarkan pemikiran-pemikiran Sigmund Freud. Segala macam bentuk
cadangan dan prinsip terwujudnya pemikiran tersebut mereka tonjolkan.
Mereka
tidak hanya menanam keburukan akhlak, malah membiasakan pelajarnya ke pawagam
untuk belajar mengawal nafsu. Malah, mereka diajarkan secara langsung bagaimana
caranya bercinta, berpakaian seksi bagi remaja perempuan, cara meminum minuman
keras serta menyeru kepada kebebasan dan bergaul tanpa batas antara lelaki dan perempuan.
Ahli falsafah Simone de Beauvoir
dalam bukunya yang berjudul “The Second Sex” menyeru semua wanita agar menentang
dominasi lelaki. Beliau beranggapan dominasi lelaki telah menghalang kemaslahatan
wanita.
Itulah
propaganda syaitan dan kumpulannya yang selalu dihembuskan secara
terus-menerus. Kerosakan akhlak dan kemerosotan moral masyarakat yang ketika
ini kita saksikan merupakan hasil daripada kerja yang mereka lakukan. Di
beberapa negara, permasalahan kehidupan keluarga dianggap sebagai kuno, simbol
keterbelakangan dan menghalang kebebasan kaum wanita.
Mereka
ingin menghancurkan keluarga yang merupakan tulang belakang utama yang
membentuk masyarakat. Tanpa disedari, masyarakat kita termakan dengan
propaganda itu. Mereka tidak sedar bahawa apa yang mereka lakukan akan menghancurkan
diri dan masyarakat mereka sendiri.
Adakah
para da’i menyedari keadaan tersebut dan berusaha untuk mengembalikan fungsi
keluarga sebagai tonggak utama?
Petikan
dari Pemikiran Modenerat Hasan Al Banna
oleh Musthafa Muhammad Thahan, Penerbit Harakatuna, Bandung, Indonesia.